Wilayah Sulawesi berada pada zona tektonik aktif, membuat mitigasi risiko bencana, khususnya gempa bumi, menjadi prioritas utama dalam setiap proyek pembangunan infrastruktur. Permasalahan hari ini adalah: Banyak praktik konstruksi yang belum sepenuhnya menerapkan standar desain bangunan tahan gempa terbaru, baik karena kurangnya pengawasan maupun kekurangan teknisi di lapangan yang memahami secara mendalam perilaku struktur di bawah beban seismik (seismic loading) dan teknologi material modern yang lebih kuat namun ringan.
Politeknik Palopo (Poltek Palopo) menyadari bahwa keselamatan publik adalah tanggung jawab profesional. Kami berkomitmen menghasilkan lulusan Teknik Sipil yang memiliki spesialisasi dalam Analisis Struktur Tahan Gempa dan teknologi material inovatif. Lulusan kami dipersiapkan untuk menjadi Penjamin Keselamatan Konstruksi, mampu merancang, mengawasi, dan memastikan bahwa setiap bangunan (mulai dari rumah tinggal hingga fasilitas publik) di Palopo dan sekitarnya dapat berdiri kokoh menghadapi guncangan alam.
Tiga Kompetensi Utama Poltek Palopo dalam Teknik Sipil Tahan Gempa
Poltek Palopo melatih mahasiswanya untuk menjadi ahli struktural yang sadar risiko bencana:
1. Analisis Struktur di Bawah Beban Seismik
Memahami bagaimana bangunan bereaksi terhadap guncangan adalah kunci dalam desain tahan gempa.
- Simulasi Perilaku Struktur: Mahasiswa dilatih menggunakan perangkat lunak analisis struktur (seperti SAP2000 atau ETABS) untuk memodelkan dan mensimulasikan bagaimana suatu bangunan (misalnya, jembatan atau gedung bertingkat) akan merespons beban gempa yang diprediksi di zona Palopo.
- Konsep Ductility (Daktilitas): Lulusan memahami pentingnya Daktilitas—kemampuan material (terutama beton bertulang) untuk mengalami deformasi tanpa kegagalan total—sebagai prinsip utama dalam desain tahan gempa, memastikan struktur fleksibel dan tidak runtuh seketika.
2. Teknologi Material Konstruksi Inovatif dan Ringan
Material yang cerdas dapat meningkatkan kekuatan dan mengurangi massa bangunan.
- Material Komposit dan Ringan: Mahasiswa diperkenalkan dan dilatih dalam penggunaan material modern, seperti beton ringan struktural atau komposit serat, yang memiliki rasio kekuatan-terhadap-berat yang tinggi. Material ringan mengurangi beban total bangunan, yang pada akhirnya mengurangi gaya inersia yang ditimbulkan saat gempa.
- Perkuatan Struktur (Retrofitting): Mampu menilai kondisi bangunan lama yang rentan gempa dan merancang teknik perkuatan (retrofitting), seperti penambahan shear wall atau jaket beton, untuk meningkatkan ketahanan seismiknya tanpa perlu merobohkan bangunan.
3. Implementasi Kode dan Standar Bangunan Nasional
Kepatuhan terhadap regulasi adalah mandatori keselamatan.
- SNI 1726 dan Building Codes: Lulusan dibekali pemahaman mendalam tentang Standar Nasional Indonesia (SNI 1726:2019) tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non-Gedung. Mereka menjadi ahli dalam memastikan gambar kerja dan implementasi lapangan sesuai dengan persyaratan kode.
- Pengawasan Konstruksi Lapangan: Mampu melakukan pengawasan ketat terhadap detail pemasangan tulangan (sengkang dan overlap), pengecoran, dan penggunaan material untuk memastikan tidak ada penyimpangan di lapangan yang dapat mengurangi ketahanan gempa bangunan.


Leave a Reply