Indonesia butuh 9 juta pekerja digital hingga akhir 2025, tapi hanya separuh yang tersedia—krisis ini ancam pertumbuhan ekonomi di tengah ledakan AI, deepfake, dan scam digital yang viral sepanjang tahun. Di saat deepfake dominasi hoaks nasional dan UMKM kesulitan go-digital, Politeknik Palopo jawab tantangan dengan lulusan siap kerja dari program informatika, elektro, dan bisnis digital.
Ancaman Digital Meledak: Dari Deepfake hingga Kekurangan SDM
Tahun 2025 jadi tahun “banjir informasi”: deepfake dan digital scam kuasai lanskap hoaks, sementara 78% perusahaan kesulitan rekrut talenta AI, data analytics, dan cybersecurity. Pemerintah dorong Digital Talent Scholarship untuk 600.000 pekerja baru, tapi kekurangan 2,7 juta talenta proyeksi 2030 bikin urgensi makin tinggi—apalagi UMKM 60% belum maksimal pakai e-commerce. RUPTL PLN 2025-2034 tambah tekanan: butuh 1,7 juta tenaga elektro untuk 69,5 GW energi terbarukan, dari surya hingga nuklir kecil.
Solusi Vokasi: Politeknik Palopo Cetak “Petarung Digital” Adaptif
Politeknik Palopo unggul lewat kurikulum praktik lab modern, sertifikasi nasional, dan kemitraan industri—siapkan mahasiswa Teknologi Rekayasa Informatika (Ir. Muhammad Fadli, M.Kom.) kuasai software, jaringan, dan anti-scam digital. Program Teknologi Rekayasa Elektro (Dr. Nur Salam, M.T.) fokus otomasi dan energi surya, langsung jawab kebutuhan PLN, sementara Manajemen Bisnis Digital (Ustadzah Nuraini, S.Kom.I., M.Pd.) bantu UMKM digitalisasi pemasaran dan keuangan. Dengan 55.2K mahasiswa aktif dan 100% kepuasan, kampus ini padukan teknologi mutakhir plus kearifan lokal Sulsel.
Anak muda Palopo, jangan lewatkan kesempatan jadi garda depan—daftar sekarang di Politeknik Palopo dan ubah krisis digital jadi peluang karir jutaan rupiah!


Leave a Reply